BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tumbuh kembangnya manusia pengguna bahasa itu.Realitas bahasa dalam kehidupan
ini semakin menambah kuatnya eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama.
Kekuatan eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama antara lain
ditunjukkan oleh kemampuannya memproduksi karya-karya besar berupa sains,
teknologi, dan seni yang tak terlepas dari peran-peran bahasa yang
digunakannya. Namun dalam konteks lain, bahasa bisa dijadikan alat propaganda,
bahkan peperangan yang bias membahayakan sesame jika pengguna bahasa tidak lagi
melihat rambu-rambu agama dan kemanusiaan dalam penggunaannya.
Walau dianggap bahasa asing oleh
bangsa Indonesia. Bahasa arab tidak asing ditelinga mereka, terutama umat
islam. Sayangnya, sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa bahasa arab
hanyalah bahasa agama sehingga perkembangannya terbatas dilingkungan kaum
muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja yang
menyadari betapa bahasa arab merupakan bahasa multidimensi yang digunakan para
cendikiawan dalam memproduksi karya-karya besar diberbagai bidang disiplin ilmu
seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika sastra, dan lain-lain. Kalau saja
umat islam dan umat lainnya mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan
di abad pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa arab adalah
bahasa yang pertama kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi.
1.
Sejarah
atau asal usul bahasa
2.
Pengertian
dan prinsip pembelajaran bahasa arab
3.
Sejarah
pembelajaran bahasa di arab dan ciri-cirinya
Tujuan pembahasan
1.
Mengetahui
sejarah atau asal usul bahasa
2.
Mengetahui
pengertian dan prinsip pembelajaran bahasa arab
3.
Mengetahui
pembelajaran bahasa di negara arab
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah atau asal usul bahasa
Dalam
sejarah atau asal usul bahasa terdapat dua pandangan, yaitu pandangan linguistik
agama dan pandangan linguistik umum.
A.
Linguistik
agama
Bahasa merupakan objek yang sangat menarik dibicarakan.Hingga saat
ini para ahli tidak pernah selesai membicarakannya.Hal ini karena bahasa adalah
aspek yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Di antara pembicaraan ini,
aspek asal usul bahasa nampaknya tak sampai kepada kesepakatan bulat.Banyak
teori yang mempersoalkan asal bahasa, ada yang lucu, ada yang aneh, sampai ke
yang berbau ilmiah.Setidaknya ada dua pendekatan untuk melihat teori-teori itu,
yaitu pendekatan tradisional dan modern.
a.
Pendekatan
tradisional
Sampai pertengahan abad ke-18 teori-teori asal bahasa dapat
dikategorikan sebagai divine origin (berdasarkan kedewaan/kepercayaan).Pada
masa ini kemunculan bahasa dianggap memiliki keterlibatan tuhan, bahkan
tuhanlah yang mengajarkan langsung kepada manusia. Pada bagian akhir abad ke-18
spekulasi asal usul bahasa berpindah dari wawasan-wawasan keagamaan, mistik dan
tahayul kea lam baru yang disebut dengan organic phase (fase organis).
Beberapa teori yang mempersoalkan bahasa tradisional antara lain :
·
Teori
Tawqif
Teori tawqif melihat bahwa asal bahasa berasal dari tuhan melalui
ilham, pembawaan, dan insting. Ibnu faris (1993: 36-38), misalnya, melihat ada
dalil naqli yang menyatakan ini, misalnya dalam firman allah yang berbunyi: Dan
Dia mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman “sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar”(Al-Baqarah: 31).
(Acep Hermawan, 2011 : 16)
·
Teori
Isthilah
Teori kesepakatan memandang bahwa bahasa di dunia lahir karena ada
persetujuan manusia-manusia yang memiliki bahasa yang bersangkutan.Ibnu Jinni
yang merupakan salah satu pendukung teori ini mengatakan bahwa bahasa bukan
berasal dari wahyu yang diterima begitu saja dari Tuhan, melainkan dibuat dan
disepakati oleh manusia (Abd al-Wahid Wafi, tt: 98).
·
Teori
pooh-pooh
Teori pooh-pooh memandang bahwa bahasa manusia dimulai dari
ekspresi emosional manusia seperti jengkel, gembira, sedih, marah, kesepian, dan
lain-lain. Dari kondisi emosional ini muncullah kata-kata yang menunjukannya.
·
Teori
ding-dong
Teori ding-dong memandang bahwa setiap kata yang terucap
menunjukkan kepada maknanya. Max Muler (1823-1900), filosof inggris kelahiran
jerman, memperkenalkan teori ding-dong atau disebut juga teori nativistic.
·
Teori
yo-he-ho
Teori yo-he-ho menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam satu
kegiatan sosial. Sekelompok orang primitive dahulu bekerja sama. Kita pun
mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat sebatang kayu besar.
·
Teori
bow-bow
Teori bow-bow disebut juga
teori onomatope atau echoic. Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali ada
adalah tiruan terhadap bunyi alami seperti : nyanyian burung, suara binatang,
suara Guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudera, dan sebagainya.
·
Teori
gesture
Teori gesture mengatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.Para
pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai jenis binatang,
dan juga system isyarat yangdipakai oleh orang-orang primitive.Salah satu
contoh yaitu bahasa isyarat yang dipakai oleh suku Indian di amerika utara,
sewaktu berkomunikasi dengan suku-suku yang tidak sebahasa. (Acep Hermawan,
2011 : 17-19)
b.
Pendekatan
modern
Manusia ini tercipta dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna
hingga memungkinkan terlahirnya ujaran (kemampuan berbahasa).Namun ujaran bukan
hanya karena kerja organ-organ fisik tadi. Dalam proses ujaran, factor-faktor
psikologis pun ada terlibat. Sebagai contoh kita, bayangkan sebuah telaga
jernuh yang dikelilingi pepohonan rindang yang dihuni oleh burung-burung dan
margasatwa lainnya.Bagi seseorang, telaga tadi mungkin berarti sesuatu yang
membahayakan, bias menenggelamkan, mematikan. Bagi yang lainnya barangkali
telaga tadi bias jadi sumber kehidupan anak isterinya. Mungkin ikannya banyak,
besar-besar, dan sebagainya.Bagi yang lainnya barangkali merupakan sumber
ilham, bias dijadikan tempat untuk beristirahat, melemaskan otot-otot sambil
mengharap kejatuhan inspirasi dari langit.Dalam batiniah ketiga orang tadi
ternyata ada kesan psikologis yang berbeda dan bervariasi.Kesan-kesan ini mesti
diucapkan dengan ujaran. Dengan perkataan lain kesan-kesan tadi mesti
diungkapkan dengan simbol vocal, hingga terucap kata-kata, umpamanya: bahaya,
ngeri, dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus, dan sebagainya, banyak
ikannya, bagus, luas, dan sebagainya: indah, dingin, sepoi-sepoi, ayem,
tentram, sejuk, leluasa, damai, sumber ilham dan sebagainya. (Acep Hermawan,
2011 : 19-20).
B.
Linguistik
umum
Studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu
dari tahap pertama yang disebut tahap spekulasi, tahap kedua yang disebut tahap
oservasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga yang disebut tahap perumusan
teori.Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak
didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka.
Umpamanya, pernyataan Andreas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia pada
abad ke-17 yang menyatakan bahwa nabi adam dulu di surga berbicara dalam bahasa
Denmark, sedangkan ular berbicara dalam bahasa prancis, adalah tidak dapat
dibuktikan kebenarannya karena tidak didukung oleh bukti empiris. Begitu juga
dengan pendapat suku Dayak Iban di kalimantanyang menyatakan bahwa manusia
tadinya hanya punya satu bahasa, tetapi kemudian karena mereka mabuk cendawan,
mereka menjadi berbicara dalam pelbagai bahasa. Pada tahap klasifikasi dan
observasi para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa
yang diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuska teori.Karena itu pekerjaan
mereka belum dapat dikatakan bersifat ilmiah.Penyelidikan yang bersifat ilmiah
baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dimana bahasa yang diteliti itu bukan
hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuat teori-teorinya.(Abdul
Chaer, 2007 : 332)
Dalam dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan
berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar
tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi
para pemula. Namun, sebenarnya semua itu akan menambah wawasan kita terhadap
bidang dan kajian linguiastik. Berikut ini akan dibicarakan sejarah,
perkembangan, paham,dan beberapa aliran linguistic dari zaman purba sampai
zaman mutakhir secara sangat singkat, dan sangat bersifat umum.
a.
Linguistik
tradisional
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan
istilah sruktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa
tradisional dan tata tradisional stuktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak
dibicarakan orang sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari
pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa
tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan
tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau cirri-ciri formal yang ada
dalam suatu bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa
tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian,sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata
yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan…..”. Bagaimana terbentuknya tata
bahasa tradisional yang telah melalaui masa ya ng sangat panjang akan
dibicarakan berikut ini, zaman per zaman, mulai zaman yunani sampai masa
menjelang munculnya linguistik modern di sekita akhir abad ke-19. (Abdul Chaer,
2007 : 333)
·
Zaman
Yunani
Perkembangan apa pun dari suatu tulisan yang memungkinkan
pencatatan secara visual suatu bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan
suatu hasil karya besar, biasanya selama beberapa generasi, dalam analisis
linguistik yang secara khusus diterapkan atau diarahkan kepada
kebutuhan-kebutuhan praktis. Akan tetapi, terlepas dari penemuan tulisan sebelumnya
dan berlanjut dari tulisan itu, kita mempunya contoh-contoh naskah Gramatika
kuno dari Babilonia, yang berasal dari kurang lebih 1600 SM, dan sesudahnya,
yang ditulis pada tablet dengan tulisan kuno berbentuk baji (coneiformscript)
yang menuliskan dalam dalam bentuk contoh tasrif infleksi-infleksi kata ganti,
kata kerja, dan jenis kata lain dari bahasa Sumeria dengan padanannya dalam
bahasa akkadi (bahasa Babilonia).(R H Robins, 1995 : 13-14).
·
Zaman
Romawi
Sejak awal hubungan mereka dengan bangsa Yunani, bangsa Romawi
dengan gembira mengakui keunggulan prestasi intelektual dan artistic bangsa
Yunani.Dari segi linguistik hal ini tercermin dalam bahasa-bahasa yang dipakai
secara umum di provinsi-provinsi Romawi bagian timur dan bagian barat. Di sebelah
barat kerajaan ini yang tidak memiliki hubungan dengan suatu peradaban yang
diakui, bahasa latin menjadi bahasa pemerintahan, perdagangan, hukum,
pendidikan, dan kemajuan sosial. Akhirnya, bahasa latin ragam lisan (yang tidak
identik dengan bahasa sastra klasik) menggantikan kebanyakan dari yang dulu
dipakai di provinsi-provinsi bagian barat, dan menjadi bahasa romawi modern
setelah melalui evolusi yang berlangsung selama bertahun-tahun, atau neo-Latin,
yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa Eropa kontemporer. Namun di wilayah bagian
timur, yang sebagian besartelah berada di bawah pemerintahan Yunani sejak zaman
Hellenistik, bahasa Yunani mempertahankan posisi yang telah dicapainya, para
pejabat romawi sering belajar dan menggunakan bahasa Yunani dalam melaksanakan
tugas-tugas mereka, dan kesusastraan dan filsafat Yunani sangat dihormati
orang. Pada akhirnya pembagian bahasa ini diakui secara politis dalam pemisahan
kekaisaran Romawi ke dalam kerajaan Barat dan kerajaan Timur, dan
Konstantinopel (Byzantiium) dijadikan ibukota kerajaan timur yang bertahan
sebagai ibukota domini Byzantine, meskipun wilayahnya menjadi kecil, sampai
pada zaman Renaisans barat. (R H Robins,
1995 : 68)
·
Zaman
pertengahan
Zaman pertengahan adalah istilah yang digunakan untuk menamai dan
menandai periode sejarah Eropa antara hancurnya kekaisaran Romawi sebagai suatu
daerah kesatuan peradaban dan administrasi dengan urutan peristiwa dan
perubahan kultural yang dikenal sebagai Renaisans dan pada umumnya dianggap
sebagai fase permulaan dunia modern. Periodisasi semacam ini adalah suatu
kepraktisan pemerian ketimbang suatu catatan yang tepat tentang fakta-fakta,
menurunnya dan jatuhnya kekaisaran Romawi, dan bangkitnya ilmu pengetahuan,
meningkatnya humanism dan nasionalisme, reformasi agama, dan unsur-unsur lain
yang secara kolektif dianggap sebagai cirri-ciri khas dan yang membentuk
Renaisans bukanlah peristiwa-peristiwa yang dapat ditentukan waktunya, semuanya
merangkum sejumlah besar peristiwa yang berarti dari segi sejarah dan,
barangkali yang lebih penting adalah perubahan-perubahan sikap dan cara
berperilaku, yang terjadi secara bertahap dan pada waktu dan tempat yang
berbeda-beda. (R H Robins, 1995 : 94).
·
Zaman
renaisans
Pada akhir abad pertengahan bahasa arab dan bahasa ibrani telah
dipelajari di Eropa, dan di universitas paris pada abad ke-14 kedua bahasa itu
secara resmi diakui. Bahasa arab secara dipaksa menjadi pusat perhatian
bangsa-bangsa di Laut Tengah beberapa abad sebelumnya, sebagai akibat dari
penyabaran yang pesat dari dekat, panyai afrika utara, dan semenanjung Siberia
pada abad ke-7 dan ke-8. Roger Bacon menulis sebuah tatabahasa bahasa ibrani
dan memahami bahasa arab. Sesungguhnya kegunaan sejumlah pengatahuan tentang
bahasa ibrani, sebagai bahasa perjanjian lama, telah disadari secara sporadis
sejak zaman Jerome (346-420) namun pengkajian semacam itu telah sering
dilakukan secara diam-diam, dengan malu-malu, penganut Kristen takut akan
tuduhan-tuduhan berhubungan dengan musuh-musuh gereja dan orang-orang yahudi
takut dituduh membujuk orang untuk pindah agama. (R H Robins, 1995 : 137)
·
Zaman
sebelum zaman modern
Kemajuan linguistik komparatif dan historis harus ditelusuri dalam
segi teoritik yang paling berarti dari cabang linguistik tersebut selama abad
ke-19, akan tetapi hasil dari pengenalan pengkajian bahasa Sanskerta di Eropa,
yang terjadi setelah diketahui hubungan historisnya tidaklah terbatas di dalam
linguistik historis. Linguistik deskriptif modern sama-sama menunjukkan
pengaruh hubungannya dengan india kuno, meskipun dalam hal ini perwujudannya
yang sempurna baru terjadi dalam waktu yang agak lama. (R H Robins, 1995 :
189).
2.
Pengertian dan Prinsip Pempelajaran Bahasa Arab
Selain kegiatan belajar, ada lagi kegiatan
pempelajaran(at-ta’lim/at-tadris), yaitu proses yang identik dengan kegiatan
mengajar yang dilakukan guru sebagai arsitek kegiatan belajar, agar terjadi
kegiatan belajar. Dalam KBBI edisi IV(2008:23) dikatan bahwa pempelajaran
berasal dari kata dasar ”ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran
“an” menjadi “pempelajaran”, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik tau belajar.(KBBI edisi IV, 2008:hal23).
Sedangkan Bahaudin(2007:116) menjelaskan bahwa pempelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan pempelajaran
tampaknya lebih dari sekedar mengajar, tapi juga upaya membangkitkan minat,
motivasi, dan pemulesan aktifitas pelajar, agarkegiatan mereka menjadi dinamis.
Jadi pempelajaran subtansinya adalah
kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak
didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik.
Dengan kata lain pempelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menciptakan kegiatan belajar meteri tertentu yang kondusif untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar
yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari
bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif
untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.
Dalam pempelajaran, bahwa guru
merupakan fakta yang penting dalam proses pemudahan belajar. Oleh karena itu,
akhir-akhir ini guru di sebut “pemudah” atau “fasilitator” (dari bahasa
inggris facilitator). Dalam usaha pemudahan ini guru merupakan cara-cara(metode) tertentu
yang disesuaikan dengan keperluan, diantara menyangkut tujuan, pelajar, materi
pelajaran, sarana dan pra sarana, dan sebagainya.
Guru yang baik, pada umumnya, selalu
berusaha untuk menggunakan metode mengajar yang
paling efektif, dan memakai alat/midia yang terbaik, tak terkucuali guru
bahasa asing. Rupanya, pencarian metode yang paling efektif tetap saja
dilakukan dari zaman-kezaman, karena apa yang ducari itu tampaknya ”seperti
angan-angan nun di awan”. Mengapa tidak atau belum ada metode yang terbaik
dalam pempelajaan bahasa kedua/asing?Banyak variable yang terlibat di dalamnya.
Pempelajaran bahasa asing melibatkan kurang-kurangya tiga disiplin
ilmu, yakni (a)linguistik, (b)psikologi, (c) ilmu pendidikan. Linguistik member
informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa
tertentu. Psokologi menguraikan bagaimana
orang belajar sesuatu, dan ilmu pendidikan atau pegagogi memungkinkan
kita untuk meramu semua keterangan dari (a) dan (b) menjadi sat cara atau
mitode yang sesuai untuk di pakai di kelas untuk memudahkan proses pempelajaran
bahasa oleh pelajar. (Acep Hermawan, 2011 : 32-33)
3.
Sejarah pembelajaran bahasa di arab dan ciri-cirinya
Ketika alat transpormasi bertehnologi tinggi belum ditemukan,
menempuh jarak yang jauh perlu waktu lama. Untuk menempuh 300-an kilomiter,
misalnya, sediknya dibutuhkan waktu dua atau tiga bulanan, karena harus
berjalan kaki atau menggunakan tenaga hewan. Namun setelah ditemukannya alat
perhubungan yang berteknologi modrn, jarak tempuh itu tidak seberapa, karena
dapat di perpendek hingga ratusan kali lipat.Dengan pesawat udara, untuk menempuh
jarak sejauh itu, hanya di perlukan waktu satu jam bahkan kurang. Semua itu
berkat penemuan-penemuan dan penelitian-penelitian dalam bidang alat
transpormasi,
Akan tetapi tidak demikian halnya
dalam bidang “teknologi” belajar bahasa. Riset dan upaya-upanya pencarian
pemecahan masalah cara belajar dan mengajar bahasa yang ifisien telah lama
dilakukan, namun hasilnya tidak banyak membawa
pengaruh perubahan dalam cara dan hasil mengajarnya. Apalagi sumbangannya
dalam menekan “waktu tempuh” belajar bahasa.Keberhasilan belajar bahasa dewasa
initak banyak bedanya dengan hasil yang bisa di capai kurun dua abat yang lalu.
Perbandingan dua kasus itu bukan di
maksudkan untuk menyakan antara bidang transpormasi dan bidang belajar
bahasa.Keduanya mimang hal yang berbeda. Hanya disini penulis ingin menekankan
betapa studi metodologi belajar bahasa (bahasa kedua atau asing) yang sudah
sekian lama dan menghabiskan dana yang tidak sedikit(di seluruh dunia) itu
belum banyak mengubah cara orang belajar bahasa, terutama yang menyangkut aspek
kesederhanaan dan kehematannya.
Secara historis, inovasi perubahan pandangan dalam studi
pempelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase
penting yang yang bisa kita amati dalam perkembangan dan inovasi dalam bidang
pempelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1880-an, fase pertama, antara tahun
1880-1920. Pada fase ini terjadi rekontruksi atau pengembangan ulang
bentuk-benruk mitode langsung yang pernah di kembangkan pada zaman yunani dulu.
Metode langsung yang pernah di terpkan pada abat-abat awal masehi di coba untuk
derekonstruksi dan di terpkan di sekolah-sekolah(sekolah biara biasanya).
Setelah itu juga dikembangkan mitode bunyi yang juga berakar pada tradisi
Yunani.
Fase ke dua, antara tahun 1920-1940. Pada faze ini di Amirika dan
Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasikan aplikasi
metode-metode yang bersifat kompromi (al-tariqoh al-ttifaqiah/comrpmise
mithod) dan mitode membaca (thariqah al-qira’ah/ reading mithod).
Ini merupakan perluasan dari teknik-teknik pengajaran pembaca udah ada,
dikaidkan dengan tujuan-tujuan pengajaran yang lebih khusus.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi gejolak perang dunia II yang
berimplikasi pada tuntutan situasi politik yang ada tidak menentu.Kondisi ini
menyebabkan berikhtiar mencari jalan ke luar dalam problem pempelajaran bahasa
asing.Tuntutan yang mendesak pada saat itu adalah menemukan metode pempelajaran
bahasa asing yang paling efien dan cepat, yang dapat dipakai sebagai jalan
pintas dalam bekomonikasi dengan pihak-pihak yang bertikai untuk kepentingan
perang. Situasi ini menjadi faze ketiga dalam pengajaran bahasa. Pada faze ke
tiga ini ada tiga priode yang dapat di amati, yaitu periode 1940-1750, periode
1950-1960 dan periode 1960-1970.
a.
Periode
1940-1970, adalah lahirnya metode efisien dan praktis dari dunia ketenteraan.
Metode ini terkenal dengan sebutan Amirican army methid (al-thariqoh
al-jundi al-jundiyyah al-Amirikiyyah), yakni metode yang lahir dari markas
tentar Amirika untuk kepentingan ekspansi perang. Di pihak lain dalam studi
linguistic terapan juga muncul pendekatan baru pada waktu ini, yaitu pendekatan
linguistik. Pendekan linguistic dalam pengajaran bahasa merupakan imbas dari
adanya perubahan pandangan dalam kajian kebahasaan pada waktu itu (lahirnya
pandangan strukturalis di seluruh dunia).
b.Periode
1950-1960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-thariqah
al-sam’iyyah al- syafawiyah) di Amirika dan audiovisual (al-thariqah
al-basyariayyah) di Inggris dan prancis, sebagai akibat langsung dari
sukses army mitodh. Mitode ini lahir dari kaum Behaviosris dan akibat
adanya penemuan alat-alat eknologi yang membantu belajar bahasa. Metode
memperoleh sukses besar pada awal perkembangannya. Yang menjadi landasan
utamanya adalah teori Stimulus –Responsnya(SR) B.F Skinner. Di pihak lain, pada
preode ini juga lahir minakajian terhadap psikolinguistik.
b.
Periode
1960-1970, adalah munculnya keraguan dan kaji ulang terhadap hakikat belajar
bahasa. Hasil-hasil studi spikolingustik dan pandangan Chomky menyebabkan para
ahli mulai berfikir kembali tentang keberadaan metode audioligual dan
audiovisual. Sukses basar yang dicapai oleh meto ini ternyata tidak terbukti di
iringi dengan landasan teori yang kuat. Singkatnya, teori S-R atau mudel drill
dan imitasi dalam kelas-kelas bahasa kedua dan asing itu tidak mempunyai
landasan teori yang logis. Periode ini merupakan awal runtuhnya metode
audioligual, dan popolernya analisis analisis kontrastif, yang berupaya
membantu mencari landasan teori dalam pempelajaran bahasa.
fase ke empat, antara tahun
1970-1980. Faze ini dipandang sebagai titik balik dan merupakan periode yang
paling inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua dan asing. Konsep dan
hakikat belajar bahasa mulai dirumuskan kembali, kemudian di arahkan kepada
pengembangan sebuah model metode pengajaran bahasa yang sfiktif dan efisien,
yang di landasi oleh teori yang kokoh.Impian ini di iringi dengan studi yang
sangat produktif dalam keseluruhan aspek pempelajaran bahasa. Inti dari pola
pikir yang sudah terbentuk tentang
pempelajaran metode pempelajaran bahasa selama kurun waktu sebelumnya dicobak
untuk diubah. Misalnya, masalah asumsi dasar tentang basis penguasaan suatu
bahasa. Bahwa penguasaan kaidah gramatika (kemampuan menyusun kalimat-kalimat
secara terpisah) sebagai dasar kemampuan bertutur ternyata tidak terbukti sama
sekali, peperti selama ini yang di ajarkan disekolah-sekolah. Pandangan ini
sekarang di ubah menjadi penguasaan terhadap kalimat-kalimat dalam kesatuan
wacana (dalam penggunaan secara utuh)
Hasilnya
adalah, pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang di kenal dengan pendekatan
komunilatif (al-madhol al-ittishali/communikatif approach) dalam belajar
bahasa. Cirri dan pendekatan ini antara lain adalah: (a) kurikulum yang
menekankan pada tindak berbahasa, analisis kebutuhan siswa, pempelajaran bahasa
untuk tujuan yang khusus, dan discourse analysis, (b) mememfaatkan
semaksimal mungkin hasil studi dalam belajar bahasa: ciri bahasa, aspek-aspek
pemperolehan bahasa, analisis kesalahan berbahasa, interlanguage, dan
lain-lain. Dan (c) kelas atau interaksi dalam kelas menekankan segi-segi
hubungan yang bersifat humanis.
Secara umum itulah gambaran perkembangan
pasang surut pempelajaran bahasa. Yang terpenting adalah pemahaman tentang hasil yang dicapai selama
ini dalam studi pempelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh atau lima
belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah
mendapatkan hasil yang memuaskan adalah studi pemperolehan bahasa, seperti yang
di hasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.(Acep Hermawan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Sejarah
atau asal usul bahasa memang masih belum terungkap juga sampai sekarang tentang
siapa yang pertama kali menggunakan bahasa yang bisa melahirkan berbagai bahasa
di dunia ini, dan bahasa apa yang digunakannya, serta dimana tempat pertama
kali digunakan bahasa. Dari penjelasan di atas, terdapat berbagai pendapat
mulai dari linguistik yang lebih condong ke masalah agama, maupun dari
linguistik umum. Tetapi keduanya sama-sama memiliki teori pendekatan
tradisional dan pendekatan modern. Linguistik agama mulai dari teori Tawqif
sampai teori Gesture, dan linguistik umum mulai dari zaman Yunani sampai zaman
sebelum zaman modern.
2.
Jadi
pempelajaran subtansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara
maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu
melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain pempelajaran adalah
upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar meteri
tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh
seorang guru agar anak didik yang ia ajari bahasa asing tertentu melakukan
kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan belajar
bahasa asing.
3.
Dalam
sejarah pembelajaran bahasa di arab, terdapat beberapa fase. Fase pertama,
antara tahun 1880-1920. Pada fase ini terjadi rekontruksi atau pengembangan
ulang bentuk-benruk mitode langsung yang pernah di kembangkan pada zaman yunani
dulu. Fase ke dua, antara tahun 1920-1940. Pada faze ini di Amirika dan Canada
dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasikan aplikasi
metode-metode yang bersifat kompromi dan mitode membaca. Dan fase yang ke tiga
ini terdapat tiga periode, yaitu dari tahun 1940-1750, sampai tahun 1960-1970.
Disusun oleh Jawahir, Heriawan, Syauqi, Aisyah
Daftar Pustaka
R
H Robins. 1995, Sejarah Singkat Linguistik, Edisi ketiga,Bandung :
Penerbit
ITB Bandung.
Chaer,
Abdul, 2007, Linguistik Umum,Jakarta : Rineka Cipta.
Hermawan,
Acep. 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung
: PT
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar