Head Line News :
Home » » SEJARAH BAHASA

SEJARAH BAHASA

Senin, 09 April 2012 | 0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Bahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia pengguna bahasa itu.Realitas bahasa dalam kehidupan ini semakin menambah kuatnya eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama. Kekuatan eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama antara lain ditunjukkan oleh kemampuannya memproduksi karya-karya besar berupa sains, teknologi, dan seni yang tak terlepas dari peran-peran bahasa yang digunakannya. Namun dalam konteks lain, bahasa bisa dijadikan alat propaganda, bahkan peperangan yang bias membahayakan sesame jika pengguna bahasa tidak lagi melihat rambu-rambu agama dan kemanusiaan dalam penggunaannya.
            Walau dianggap bahasa asing oleh bangsa Indonesia. Bahasa arab tidak asing ditelinga mereka, terutama umat islam. Sayangnya, sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa bahasa arab hanyalah bahasa agama sehingga perkembangannya terbatas dilingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa arab merupakan bahasa multidimensi yang digunakan para cendikiawan dalam memproduksi karya-karya besar diberbagai bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika sastra, dan lain-lain. Kalau saja umat islam dan umat lainnya mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa arab adalah bahasa yang pertama kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi.

 Rumusan masalah
1.      Sejarah atau asal usul bahasa
2.      Pengertian dan prinsip pembelajaran bahasa arab
3.      Sejarah pembelajaran bahasa di arab dan ciri-cirinya
Tujuan pembahasan
1.      Mengetahui sejarah atau asal usul bahasa
2.      Mengetahui pengertian dan prinsip pembelajaran bahasa arab
3.      Mengetahui pembelajaran bahasa di negara arab



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Sejarah atau asal usul bahasa
Dalam sejarah atau asal usul bahasa terdapat dua pandangan, yaitu pandangan linguistik agama dan pandangan linguistik umum.
A.    Linguistik agama
Bahasa merupakan objek yang sangat menarik dibicarakan.Hingga saat ini para ahli tidak pernah selesai membicarakannya.Hal ini karena bahasa adalah aspek yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Di antara pembicaraan ini, aspek asal usul bahasa nampaknya tak sampai kepada kesepakatan bulat.Banyak teori yang mempersoalkan asal bahasa, ada yang lucu, ada yang aneh, sampai ke yang berbau ilmiah.Setidaknya ada dua pendekatan untuk melihat teori-teori itu, yaitu pendekatan tradisional dan modern.
a.       Pendekatan tradisional
Sampai pertengahan abad ke-18 teori-teori asal bahasa dapat dikategorikan sebagai divine origin (berdasarkan kedewaan/kepercayaan).Pada masa ini kemunculan bahasa dianggap memiliki keterlibatan tuhan, bahkan tuhanlah yang mengajarkan langsung kepada manusia. Pada bagian akhir abad ke-18 spekulasi asal usul bahasa berpindah dari wawasan-wawasan keagamaan, mistik dan tahayul kea lam baru yang disebut dengan organic phase (fase organis).
Beberapa teori yang mempersoalkan bahasa tradisional antara lain :
·         Teori Tawqif
Teori tawqif melihat bahwa asal bahasa berasal dari tuhan melalui ilham, pembawaan, dan insting. Ibnu faris (1993: 36-38), misalnya, melihat ada dalil naqli yang menyatakan ini, misalnya dalam firman allah yang berbunyi: Dan Dia mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar”(Al-Baqarah: 31). (Acep Hermawan, 2011 : 16)


·         Teori Isthilah
Teori kesepakatan memandang bahwa bahasa di dunia lahir karena ada persetujuan manusia-manusia yang memiliki bahasa yang bersangkutan.Ibnu Jinni yang merupakan salah satu pendukung teori ini mengatakan bahwa bahasa bukan berasal dari wahyu yang diterima begitu saja dari Tuhan, melainkan dibuat dan disepakati oleh manusia (Abd al-Wahid Wafi, tt: 98).
·         Teori pooh-pooh
Teori pooh-pooh memandang bahwa bahasa manusia dimulai dari ekspresi emosional manusia seperti jengkel, gembira, sedih, marah, kesepian, dan lain-lain. Dari kondisi emosional ini muncullah kata-kata yang menunjukannya.
·         Teori ding-dong
Teori ding-dong memandang bahwa setiap kata yang terucap menunjukkan kepada maknanya. Max Muler (1823-1900), filosof inggris kelahiran jerman, memperkenalkan teori ding-dong atau disebut juga teori nativistic.
·         Teori yo-he-ho
Teori yo-he-ho menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam satu kegiatan sosial. Sekelompok orang primitive dahulu bekerja sama. Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat sebatang kayu besar.
·         Teori bow-bow
Teori bow-bow  disebut juga teori onomatope atau echoic. Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali ada adalah tiruan terhadap bunyi alami seperti : nyanyian burung, suara binatang, suara Guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudera, dan sebagainya.
·         Teori gesture
Teori gesture mengatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.Para pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai jenis binatang, dan juga system isyarat yangdipakai oleh orang-orang primitive.Salah satu contoh yaitu bahasa isyarat yang dipakai oleh suku Indian di amerika utara, sewaktu berkomunikasi dengan suku-suku yang tidak sebahasa. (Acep Hermawan, 2011 : 17-19)


b.      Pendekatan modern
Manusia ini tercipta dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan terlahirnya ujaran (kemampuan berbahasa).Namun ujaran bukan hanya karena kerja organ-organ fisik tadi. Dalam proses ujaran, factor-faktor psikologis pun ada terlibat. Sebagai contoh kita, bayangkan sebuah telaga jernuh yang dikelilingi pepohonan rindang yang dihuni oleh burung-burung dan margasatwa lainnya.Bagi seseorang, telaga tadi mungkin berarti sesuatu yang membahayakan, bias menenggelamkan, mematikan. Bagi yang lainnya barangkali telaga tadi bias jadi sumber kehidupan anak isterinya. Mungkin ikannya banyak, besar-besar, dan sebagainya.Bagi yang lainnya barangkali merupakan sumber ilham, bias dijadikan tempat untuk beristirahat, melemaskan otot-otot sambil mengharap kejatuhan inspirasi dari langit.Dalam batiniah ketiga orang tadi ternyata ada kesan psikologis yang berbeda dan bervariasi.Kesan-kesan ini mesti diucapkan dengan ujaran. Dengan perkataan lain kesan-kesan tadi mesti diungkapkan dengan simbol vocal, hingga terucap kata-kata, umpamanya: bahaya, ngeri, dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus, dan sebagainya, banyak ikannya, bagus, luas, dan sebagainya: indah, dingin, sepoi-sepoi, ayem, tentram, sejuk, leluasa, damai, sumber ilham dan sebagainya. (Acep Hermawan, 2011 : 19-20).
B.     Linguistik umum
Studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama yang disebut tahap spekulasi, tahap kedua yang disebut tahap oservasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga yang disebut tahap perumusan teori.Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Umpamanya, pernyataan Andreas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa nabi adam dulu di surga berbicara dalam bahasa Denmark, sedangkan ular berbicara dalam bahasa prancis, adalah tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena tidak didukung oleh bukti empiris. Begitu juga dengan pendapat suku Dayak Iban di kalimantanyang menyatakan bahwa manusia tadinya hanya punya satu bahasa, tetapi kemudian karena mereka mabuk cendawan, mereka menjadi berbicara dalam pelbagai bahasa. Pada tahap klasifikasi dan observasi para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuska teori.Karena itu pekerjaan mereka belum dapat dikatakan bersifat ilmiah.Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dimana bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuat teori-teorinya.(Abdul Chaer, 2007 : 332)
Dalam dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Namun, sebenarnya semua itu akan menambah wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguiastik. Berikut ini akan dibicarakan sejarah, perkembangan, paham,dan beberapa aliran linguistic dari zaman purba sampai zaman mutakhir secara sangat singkat, dan sangat bersifat umum.
a.       Linguistik tradisional
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah sruktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata tradisional stuktural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau cirri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian,sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan…..”. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional yang telah melalaui masa ya ng sangat panjang akan dibicarakan berikut ini, zaman per zaman, mulai zaman yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern di sekita akhir abad ke-19. (Abdul Chaer, 2007 : 333)
·         Zaman Yunani
Perkembangan apa pun dari suatu tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual suatu bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil karya besar, biasanya selama beberapa generasi, dalam analisis linguistik yang secara khusus diterapkan atau diarahkan kepada kebutuhan-kebutuhan praktis. Akan tetapi, terlepas dari penemuan tulisan sebelumnya dan berlanjut dari tulisan itu, kita mempunya contoh-contoh naskah Gramatika kuno dari Babilonia, yang berasal dari kurang lebih 1600 SM, dan sesudahnya, yang ditulis pada tablet dengan tulisan kuno berbentuk baji (coneiformscript) yang menuliskan dalam dalam bentuk contoh tasrif infleksi-infleksi kata ganti, kata kerja, dan jenis kata lain dari bahasa Sumeria dengan padanannya dalam bahasa akkadi (bahasa Babilonia).(R H Robins, 1995 : 13-14).


·         Zaman Romawi
Sejak awal hubungan mereka dengan bangsa Yunani, bangsa Romawi dengan gembira mengakui keunggulan prestasi intelektual dan artistic bangsa Yunani.Dari segi linguistik hal ini tercermin dalam bahasa-bahasa yang dipakai secara umum di provinsi-provinsi Romawi bagian timur dan bagian barat. Di sebelah barat kerajaan ini yang tidak memiliki hubungan dengan suatu peradaban yang diakui, bahasa latin menjadi bahasa pemerintahan, perdagangan, hukum, pendidikan, dan kemajuan sosial. Akhirnya, bahasa latin ragam lisan (yang tidak identik dengan bahasa sastra klasik) menggantikan kebanyakan dari yang dulu dipakai di provinsi-provinsi bagian barat, dan menjadi bahasa romawi modern setelah melalui evolusi yang berlangsung selama bertahun-tahun, atau neo-Latin, yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa Eropa kontemporer. Namun di wilayah bagian timur, yang sebagian besartelah berada di bawah pemerintahan Yunani sejak zaman Hellenistik, bahasa Yunani mempertahankan posisi yang telah dicapainya, para pejabat romawi sering belajar dan menggunakan bahasa Yunani dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, dan kesusastraan dan filsafat Yunani sangat dihormati orang. Pada akhirnya pembagian bahasa ini diakui secara politis dalam pemisahan kekaisaran Romawi ke dalam kerajaan Barat dan kerajaan Timur, dan Konstantinopel (Byzantiium) dijadikan ibukota kerajaan timur yang bertahan sebagai ibukota domini Byzantine, meskipun wilayahnya menjadi kecil, sampai pada zaman Renaisans barat. (R H Robins, 1995 : 68)
·         Zaman pertengahan
Zaman pertengahan adalah istilah yang digunakan untuk menamai dan menandai periode sejarah Eropa antara hancurnya kekaisaran Romawi sebagai suatu daerah kesatuan peradaban dan administrasi dengan urutan peristiwa dan perubahan kultural yang dikenal sebagai Renaisans dan pada umumnya dianggap sebagai fase permulaan dunia modern. Periodisasi semacam ini adalah suatu kepraktisan pemerian ketimbang suatu catatan yang tepat tentang fakta-fakta, menurunnya dan jatuhnya kekaisaran Romawi, dan bangkitnya ilmu pengetahuan, meningkatnya humanism dan nasionalisme, reformasi agama, dan unsur-unsur lain yang secara kolektif dianggap sebagai cirri-ciri khas dan yang membentuk Renaisans bukanlah peristiwa-peristiwa yang dapat ditentukan waktunya, semuanya merangkum sejumlah besar peristiwa yang berarti dari segi sejarah dan, barangkali yang lebih penting adalah perubahan-perubahan sikap dan cara berperilaku, yang terjadi secara bertahap dan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. (R H Robins, 1995 : 94).


·         Zaman renaisans
Pada akhir abad pertengahan bahasa arab dan bahasa ibrani telah dipelajari di Eropa, dan di universitas paris pada abad ke-14 kedua bahasa itu secara resmi diakui. Bahasa arab secara dipaksa menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa di Laut Tengah beberapa abad sebelumnya, sebagai akibat dari penyabaran yang pesat dari dekat, panyai afrika utara, dan semenanjung Siberia pada abad ke-7 dan ke-8. Roger Bacon menulis sebuah tatabahasa bahasa ibrani dan memahami bahasa arab. Sesungguhnya kegunaan sejumlah pengatahuan tentang bahasa ibrani, sebagai bahasa perjanjian lama, telah disadari secara sporadis sejak zaman Jerome (346-420) namun pengkajian semacam itu telah sering dilakukan secara diam-diam, dengan malu-malu, penganut Kristen takut akan tuduhan-tuduhan berhubungan dengan musuh-musuh gereja dan orang-orang yahudi takut dituduh membujuk orang untuk pindah agama. (R H Robins, 1995 : 137)
·         Zaman sebelum zaman modern
Kemajuan linguistik komparatif dan historis harus ditelusuri dalam segi teoritik yang paling berarti dari cabang linguistik tersebut selama abad ke-19, akan tetapi hasil dari pengenalan pengkajian bahasa Sanskerta di Eropa, yang terjadi setelah diketahui hubungan historisnya tidaklah terbatas di dalam linguistik historis. Linguistik deskriptif modern sama-sama menunjukkan pengaruh hubungannya dengan india kuno, meskipun dalam hal ini perwujudannya yang sempurna baru terjadi dalam waktu yang agak lama. (R H Robins, 1995 : 189).
2.      Pengertian dan Prinsip Pempelajaran Bahasa Arab
Selain kegiatan belajar, ada lagi kegiatan pempelajaran(at-ta’lim/at-tadris), yaitu proses yang identik dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru sebagai arsitek kegiatan belajar, agar terjadi kegiatan belajar. Dalam KBBI edisi IV(2008:23) dikatan bahwa pempelajaran berasal dari kata dasar ”ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pempelajaran”, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik tau belajar.(KBBI edisi IV, 2008:hal23). Sedangkan Bahaudin(2007:116) menjelaskan bahwa pempelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan pempelajaran tampaknya lebih dari sekedar mengajar, tapi juga upaya membangkitkan minat, motivasi, dan pemulesan aktifitas pelajar, agarkegiatan mereka menjadi dinamis.
            Jadi pempelajaran subtansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain pempelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar meteri tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.
            Dalam pempelajaran, bahwa guru merupakan fakta yang penting dalam proses pemudahan belajar. Oleh karena itu, akhir­-akhir ini guru di sebut “pemudah” atau “fasilitator” (dari bahasa inggris facilitator). Dalam usaha pemudahan ini  guru merupakan cara-cara(metode) tertentu yang disesuaikan dengan keperluan, diantara menyangkut tujuan, pelajar, materi pelajaran, sarana dan pra sarana, dan sebagainya.
            Guru yang baik, pada umumnya, selalu berusaha untuk menggunakan metode mengajar yang  paling efektif, dan memakai alat/midia yang terbaik, tak terkucuali guru bahasa asing. Rupanya, pencarian metode yang paling efektif tetap saja dilakukan dari zaman-kezaman, karena apa yang ducari itu tampaknya ”seperti angan-angan nun di awan”. Mengapa tidak atau belum ada metode yang terbaik dalam pempelajaan bahasa kedua/asing?Banyak variable yang terlibat di dalamnya.
Pempelajaran bahasa asing melibatkan kurang-kurangya tiga disiplin ilmu, yakni (a)linguistik, (b)psikologi, (c) ilmu pendidikan. Linguistik member informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psokologi menguraikan bagaimana  orang belajar sesuatu, dan ilmu pendidikan atau pegagogi memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan dari (a) dan (b) menjadi sat cara atau mitode yang sesuai untuk di pakai di kelas untuk memudahkan proses pempelajaran bahasa oleh pelajar. (Acep Hermawan, 2011 : 32-33)
3.      Sejarah pembelajaran bahasa di arab dan ciri-cirinya
Ketika alat transpormasi bertehnologi tinggi belum ditemukan, menempuh jarak yang jauh perlu waktu lama. Untuk menempuh 300-an kilomiter, misalnya, sediknya dibutuhkan waktu dua atau tiga bulanan, karena harus berjalan kaki atau menggunakan tenaga hewan. Namun setelah ditemukannya alat perhubungan yang berteknologi modrn, jarak tempuh itu tidak seberapa, karena dapat di perpendek hingga ratusan kali lipat.Dengan pesawat udara, untuk menempuh jarak sejauh itu, hanya di perlukan waktu satu jam bahkan kurang. Semua itu berkat penemuan-penemuan dan penelitian-penelitian dalam bidang alat transpormasi,
            Akan tetapi tidak demikian halnya dalam bidang “teknologi” belajar bahasa. Riset dan upaya-upanya pencarian pemecahan masalah cara belajar dan mengajar bahasa yang ifisien telah lama dilakukan, namun hasilnya tidak banyak membawa  pengaruh perubahan dalam cara dan hasil mengajarnya. Apalagi sumbangannya dalam menekan “waktu tempuh” belajar bahasa.Keberhasilan belajar bahasa dewasa initak banyak bedanya dengan hasil yang bisa di capai kurun dua abat yang lalu.
            Perbandingan dua kasus itu bukan di maksudkan untuk menyakan antara bidang transpormasi dan bidang belajar bahasa.Keduanya mimang hal yang berbeda. Hanya disini penulis ingin menekankan betapa studi metodologi belajar bahasa (bahasa kedua atau asing) yang sudah sekian lama dan menghabiskan dana yang tidak sedikit(di seluruh dunia) itu belum banyak mengubah cara orang belajar bahasa, terutama yang menyangkut aspek kesederhanaan dan kehematannya.
Secara historis, inovasi perubahan pandangan dalam studi pempelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang yang bisa kita amati dalam perkembangan dan inovasi dalam bidang pempelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1880-an, fase pertama, antara tahun 1880-1920. Pada fase ini terjadi rekontruksi atau pengembangan ulang bentuk-benruk mitode langsung yang pernah di kembangkan pada zaman yunani dulu. Metode langsung yang pernah di terpkan pada abat-abat awal masehi di coba untuk derekonstruksi dan di terpkan di sekolah-sekolah(sekolah biara biasanya). Setelah itu juga dikembangkan mitode bunyi yang juga berakar pada tradisi Yunani.
Fase ke dua, antara tahun 1920-1940. Pada faze ini di Amirika dan Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasikan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi (al-tariqoh al-ttifaqiah/comrpmise mithod) dan mitode membaca (thariqah al-qira’ah/ reading mithod). Ini merupakan perluasan dari teknik-teknik pengajaran pembaca udah ada, dikaidkan dengan tujuan-tujuan pengajaran yang lebih khusus.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi gejolak perang dunia II yang berimplikasi pada tuntutan situasi politik yang ada tidak menentu.Kondisi ini menyebabkan berikhtiar mencari jalan ke luar dalam problem pempelajaran bahasa asing.Tuntutan yang mendesak pada saat itu adalah menemukan metode pempelajaran bahasa asing yang paling efien dan cepat, yang dapat dipakai sebagai jalan pintas dalam bekomonikasi dengan pihak-pihak yang bertikai untuk kepentingan perang. Situasi ini menjadi faze ketiga dalam pengajaran bahasa. Pada faze ke tiga ini ada tiga priode yang dapat di amati, yaitu periode 1940-1750, periode 1950-1960 dan periode 1960-1970.
a.       Periode 1940-1970, adalah lahirnya metode efisien dan praktis dari dunia ketenteraan. Metode ini terkenal dengan sebutan Amirican army methid (al-thariqoh al-jundi al-jundiyyah al-Amirikiyyah), yakni metode yang lahir dari markas tentar Amirika untuk kepentingan ekspansi perang. Di pihak lain dalam studi linguistic terapan juga muncul pendekatan baru pada waktu ini, yaitu pendekatan linguistik. Pendekan linguistic dalam pengajaran bahasa merupakan imbas dari adanya perubahan pandangan dalam kajian kebahasaan pada waktu itu (lahirnya pandangan strukturalis di seluruh dunia).

b.Periode 1950-1960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-thariqah al-sam’iyyah al- syafawiyah) di Amirika dan audiovisual (al-thariqah al-basyariayyah) di Inggris dan prancis, sebagai akibat langsung dari sukses army mitodh. Mitode ini lahir dari kaum Behaviosris dan akibat adanya penemuan alat-alat eknologi yang membantu belajar bahasa. Metode memperoleh sukses besar pada awal perkembangannya. Yang menjadi landasan utamanya adalah teori Stimulus –Responsnya(SR) B.F Skinner. Di pihak lain, pada preode ini juga lahir minakajian terhadap psikolinguistik.

b.                  Periode 1960-1970, adalah munculnya keraguan dan kaji ulang terhadap hakikat belajar bahasa. Hasil-hasil studi spikolingustik dan pandangan Chomky menyebabkan para ahli mulai berfikir kembali tentang keberadaan metode audioligual dan audiovisual. Sukses basar yang dicapai oleh meto ini ternyata tidak terbukti di iringi dengan landasan teori yang kuat. Singkatnya, teori S-R atau mudel drill dan imitasi dalam kelas-kelas bahasa kedua dan asing itu tidak mempunyai landasan teori yang logis. Periode ini merupakan awal runtuhnya metode audioligual, dan popolernya analisis analisis kontrastif, yang berupaya membantu mencari landasan teori dalam pempelajaran bahasa.

            fase ke empat, antara tahun 1970-1980. Faze ini dipandang sebagai titik balik dan merupakan periode yang paling inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua dan asing. Konsep dan hakikat belajar bahasa mulai dirumuskan kembali, kemudian di arahkan kepada pengembangan sebuah model metode pengajaran bahasa yang sfiktif dan efisien, yang di landasi oleh teori yang kokoh.Impian ini di iringi dengan studi yang sangat produktif dalam keseluruhan aspek pempelajaran bahasa. Inti dari pola pikir yang sudah terbentuk  tentang pempelajaran metode pempelajaran bahasa selama kurun waktu sebelumnya dicobak untuk diubah. Misalnya, masalah asumsi dasar tentang basis penguasaan suatu bahasa. Bahwa penguasaan kaidah gramatika (kemampuan menyusun kalimat-kalimat secara terpisah) sebagai dasar kemampuan bertutur ternyata tidak terbukti sama sekali, peperti selama ini yang di ajarkan disekolah-sekolah. Pandangan ini sekarang di ubah menjadi penguasaan terhadap kalimat-kalimat dalam kesatuan wacana (dalam penggunaan secara utuh)    
Hasilnya adalah, pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang di kenal dengan pendekatan komunilatif (al-madhol al-ittishali/communikatif approach) dalam belajar bahasa. Cirri dan pendekatan ini antara lain adalah: (a) kurikulum yang menekankan pada tindak berbahasa, analisis kebutuhan siswa, pempelajaran bahasa untuk tujuan yang khusus, dan discourse analysis, (b) mememfaatkan semaksimal mungkin hasil studi dalam belajar bahasa: ciri bahasa, aspek-aspek pemperolehan bahasa, analisis kesalahan berbahasa, interlanguage, dan lain-lain. Dan (c) kelas atau interaksi dalam kelas menekankan segi-segi hubungan yang bersifat humanis.
                       
            Secara umum itulah gambaran perkembangan pasang surut pempelajaran bahasa. Yang terpenting adalah  pemahaman tentang hasil yang dicapai selama ini dalam studi pempelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah mendapatkan hasil yang memuaskan adalah studi pemperolehan bahasa, seperti yang di hasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.(Acep Hermawan
                                                                                      BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Sejarah atau asal usul bahasa memang masih belum terungkap juga sampai sekarang tentang siapa yang pertama kali menggunakan bahasa yang bisa melahirkan berbagai bahasa di dunia ini, dan bahasa apa yang digunakannya, serta dimana tempat pertama kali digunakan bahasa. Dari penjelasan di atas, terdapat berbagai pendapat mulai dari linguistik yang lebih condong ke masalah agama, maupun dari linguistik umum. Tetapi keduanya sama-sama memiliki teori pendekatan tradisional dan pendekatan modern. Linguistik agama mulai dari teori Tawqif sampai teori Gesture, dan linguistik umum mulai dari zaman Yunani sampai zaman sebelum zaman modern.

2.      Jadi pempelajaran subtansinya adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain pempelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar meteri tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.

3.      Dalam sejarah pembelajaran bahasa di arab, terdapat beberapa fase. Fase pertama, antara tahun 1880-1920. Pada fase ini terjadi rekontruksi atau pengembangan ulang bentuk-benruk mitode langsung yang pernah di kembangkan pada zaman yunani dulu. Fase ke dua, antara tahun 1920-1940. Pada faze ini di Amirika dan Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasikan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi dan mitode membaca. Dan fase yang ke tiga ini terdapat tiga periode, yaitu dari tahun 1940-1750, sampai tahun 1960-1970.

Disusun oleh Jawahir, Heriawan, Syauqi, Aisyah




Daftar Pustaka

            R H Robins. 1995, Sejarah Singkat Linguistik, Edisi ketiga,Bandung :
            Penerbit ITB Bandung.
Chaer, Abdul, 2007, Linguistik Umum,Jakarta : Rineka Cipta.
            Hermawan, Acep. 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung
:           PT Remaja Rosdakarya.

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Penyejuk Hati | Madura News | Pondok Template
Copyright © 2011. Jawahir Mansuri - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger